Tarif Penerjemahan (Panduan untuk Konsumen)

Berapa tarif terjemahan?

Calon klien saya kaget dan langsung mundur saat saya bilang saya akan men-charge dia Rp 150.000 untuk menerjemahkan satu halaman abstrak thesis-nya dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Itu kejadian satu dua tahun lalu dan saat itu pun tarif tersebut sudah lebih murah dari penerjemah lain. Apalagi kalau dia lari ke agen, bakal makin mahal lagi tuh.

Ketika tahu saya penerjemah, seorang kenalan baru langsung bertanya, “Berapa tarif Mbak? Saya punya usaha rental computer dan sering butuh penerjemah.” Heran juga, kenapa jasa penerjemahan sering berafiliasi dengan jasa pengetikan. Ya sama-sama melibatkan pengetikan sih, tapi sebenarnya ini profesi yang jauh berbeda.

So saya sebutkanlah tarif saya yang mengacu pada tarif HPI (Himpunan Penerjemah Indonesia) saat itu. Untuk penerjemahan dokumen saya memang mengacu ke situ meski tentu saja masih saya modifikasi tergantung pada tema, tingkat kesulitan, formating, deadline dan sebagainya. Singkat cerita rahang si kenalan ternganga karena penerjemah yang biasa ia pekerjaan hanya mengajukan tarif sepersepuluh dari tarif saya.

Jadi berapa tarif terjemahan sebetulnya? Ini tarif yang saya ambil dari website HPI. Daftar tarif ini diambil dari Peraturan Menteri Keuangan PMK No. 72/PMK.02 Tahun 2013.

No.

URAIAN

SATUAN

BIAYA TA 2012
(Rp)

14

SATUAN BIAYA PENERJEMAHAN DAN PENGETIKAN

14.1

Dari Bahasa Asing ke Bahasa Indonesia

   

a.

Dari Bahasa Inggris

Halaman jadi

140.000

b.

Dari Bahasa Jepang

Halaman jadi

220.000

c.

Dari Bahasa Mandarin, Belanda

Halaman jadi

220.000

d.

Dari Bahasa Prancis, Jerman

Halaman jadi

160.000

e.

Dari Bahasa Asing Lainnya

Halaman jadi

160.000

14.2

Dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Asing

   

a.

Ke Bahasa Inggris

Halaman jadi

140.000

b.

Ke Bahasa Jepang

Halaman jadi

220.000

c.

Ke Bahasa Mandarin, Belanda

Halaman jadi

220.000

d.

Ke Bahasa Prancis, Jerman

Halaman jadi

160.000

e.

Ke Bahasa Asing Lainnya

Halaman jadi

160.000

Catatan: novel dan fiksi lainnya memiliki tarif yang berbeda. Silakan baca selengkapnya di http://www.hpi.or.id/acuan-tarif-penerjemahan.

Bikin ternganga? Ya. Bagi orang yang awam dengan jasa penerjemahan harga segitu memang bikin ternganga. Tapi jangan ternganga dulu. Ada seorang penerjemah senior yang pasang Rp 700 per kata untuk terjemahan Indonesia-Inggris. Itu artinya sekitar Rp 350.000 per halaman. Mestinya dia pasang Rp 500 per kata untuk terjemahan Inggris-Indonesia. Hitung penghasilannya dalam sehari! Jadi jangan heran kalau ada penerjemah yang rumahnya lebih ‘magrong-magrong’ dari pejabat.

Meski juga jangan heran kalau ada penerjemah yang melarat. Sama dengan profesi yang lain: ada dokter yang kaya, ada yang melarat. Ada ustaz yang kaya, ada yang melarat. Kalau ini diiringi dengan pilihan sadar saya pikir tidak masalah.

Saya belum berani pasang tarif setinggi si senior tadi karena saya memang berlaga di kelas yang berbeda, liga yang berbeda.

Jasa itu Memang Mahal

Jika Anda pesan satu lembar komik atau sampul buku, bisa jadi Anda kaget ketika harus bayar Rp 500.000. Ya ampun cuma satu lembar gambar aja kok harus bayar segitu. Kan gampang dan cuma sebentar dikerjainnya!

Ha! Dikiranya nggambar itu cuma butuh urek-urek sebentar! Ha dikiranya menerjemahkan itu tinggal mencocokkan sama kamus. Atau lebih parah, tinggal masukin kata-kata ke google translate. Serius nih, soalnya kadang ada orang yang minta terjemahan kayak minta pisang goreng. Ini ya Mbak, tolong terjamahin, satu jam lagi jadi kan?

Mau itu terjemahan, mau itu ilustrasi cover, mau itu desain baju, mau itu foto, jawabannya sama: kalau itu gampang dan cuma butuh waktu sebentar, silakan kerjakan sendiri. Belum tentu itu lima tahun itu gambar kelar kalau Anda kerjakan sendiri. Kalau kelar, belum tentu bagus juga.

“Tapi Mbak, nyatanya Anda bisa menerjemahkan satu halaman terjemahan dalam waktu satu jam, kan? Enak dong, dalam sehari bisa dapat sejuta.”

 Emaaanggg, enaaaakkk. Makanya silakan jadi penerjemah.

Ini Tentang Proses

Saya pernah meng-hire arsitek dalam satu kesempatan. Dan saya dibuat kagum olehnya. Saya cuma bercerita tentang gambar denah saya inginkan. Ada berapa ruangan, ada berapa jendela, menghadap ke mana dan seterusnya.

Saya selesai cerita, dia selesai menggambar di komputernya. “Begini Mbak?” Busyet itu denah persis seperti yang saya inginkan. Lucunya saya sudah berusaha menggambar denah itu berkali-kali dan tidak berhasil! Bagaimana dia bisa melakukannya dalam setengah jam?

Karena dia sudah belajar bertahun-tahun untuk itu. Dan proses belajarnya selain tidak mudah juga mahal. Jadi kalau saya membayar ‘ongkos pendidikannya’ sekarang saya pikir itu wajar.

Dalam kasus saya: saya belajar di kampus lima tahun, menelan novel-novel yang ampun susahnya. Lepas dari situ saya ‘magang’ di rental computer dengan bayaran yang sangat tidak manusiawi, menyambar kerjaan ini itu hanya karena saya menganggapnya sebagai ‘wahana yang bagus buat belajar’. Pernah ketipu juga: nerjemahin dan nggak dibayar. Pernah sepi order. Pernah beberapa malam terpaksa melek demi mengejar deadline.

Waktu awal dulu mana bisa saya menerjemahkan secepat sekarang? Yang ada tugas terjemahan satu alinea baru selesai seminggu, itu pun pakai konsul sana sini.

Sampai sekarang pun, selalu ada kalimat yang saya temui dan butuh dipikirkan berhari-hari sebelum nemu kata yang pas. Udah kebayang gitu ‘auranya’, tapi kok ya nggak nangkep-nangkep.

Kadang orang berceloteh begini:

“Enak betul ya dokter itu, cuma periksa lima menit, oret-oret resep trus dapat uang seratus ribu. Sehari dia bisa dapat pasien dua puluh. Sehari dia bisa dapat dua juta!”

Kenapa Anda tidak jadi dokter saja?

“Enak betul ya pedagang beras itu. Cuma duduk-duduk aja nunggu barang dagangan eh untungnya lebih gede daripada petani. Nggak pakai kotor, nggak pakai terserang hama.”

Kenapa Anda tidak jadi pedagang saja?

Untuk setiap kesuksesan lihatlah susah payah di balik itu. Untuk jadi dokter diperlukan minimal kerja keras empat tahun di bangku kuliah, dua tahun co-ass, dan masih dilanjut spesialis. Masih dengan risiko tuduhan mal-praktik kalau ada yang salah dengan pasiennya.

Untuk jadi pedagang diperlukan ketelatenan membangun jaringan yang tidak sebentar, kecerdasan membaca peluang dan seterusnya.

Sebagai penutup, mari kita ingat-ingat kita semua punya keterbatasan. Teman saya yang fasih berbahasa Inggris tetap menyewa penerjemah saat dia harus menerjemahkan. Kenapa? Dia sudah tidak punya waktu karena dia sendiri bekerja di perusahaan lain.

Dalam hal lain keterbatasan ini bisa bermacam-macam: keterbatasan modal, keterbatan fisik, bakat dan masih banyak lagi.

Dan untuk itulah Tuhan menciptakan keberagaman agar Anda yang jadi penjahit tak perlu menanam sayur sendiri, tak perlu bikin kancing sendiri dan tak perlu menerjemahkan sendiri. Kalau ogah bayar mahal: yak, buka saja google translate. Gratis. 

18 thoughts on “Tarif Penerjemahan (Panduan untuk Konsumen)

  1. aditya meilia

    karena orang memang menilai apa yg terlihat ya mbak.
    saya juga pgn bgt jadi penerjemah. baru belajar nerjemahin novel downlodan aja susah minta ampun. kadang satu kalimat aja gak mudeng2. ribet buka kamus slank, idiom dan segala macem. nah, itu kan yg org gak tahu

    Reply
  2. Pingback: Tarif Penerjemahan (Panduan untuk Konsumen) | penerjemahturki

  3. Pingback: Menjadi Penerjemah Baru | Ada Deadline di Balik Batu | Web Sweet Web

  4. maifate

    Setuju bgt
    Mereka pikir membuat semua itu mudah pdhal kalau dikerjakan sendiri mereka lama.

    klien “sama sekali” tidak mau mengerti jerih payah yang kita lakukan demi bisa memiliki skill ini. Pdhal kita tdk memiliki skill spt menerjemahkan, desain, medis, dst dlm hanya sebulan.

    Jdnya mereka selalu pingin bayarnya “ridiculously low”

    Karena mereka sama sekali tdk punya pengetahuan tentang jasa2 yg mereka inginkan.

    Reply
  5. Ayra

    Acuan tarif yang baru untuk penerjemahan bahasa Indonesia bahasa Inggris udah naik lagi jadi Rp 152.000. Kalau dihitung per kata jadi sekitar Rp 608/kata. Ayo, Mbak… naikin tarif lagi 😉

    – Ayra –
    sesama penerjemah

    Reply
  6. Markus

    tarif diatas sangat tidak masuk akal, Saya sarankan konsumen jangan pakai jasa Penerjemah HPI . Nyatanya banyak sekali penerjemah HPI yang TIDAK BERKUALITAS., termasuk penerjemah yang pernah kami pakai Mereka hanya ingin mengeruk keuntungan
    Ini karena sangat mudahnya menjadi anggota HPI, tanpa adanya Tes kemampuan menerjemahkan, yang penting dia bayar, langsung diterima di HPI
    Banyak penerjemah lain yang bukan anggota HPI yang berkualitas dengan tarif jauh lebih murah . Tinggal browsing saja di Google

    Markus

    Reply
    1. Susanne

      Dear Pak Markus,
      Saya bukan anggota HPI melainkan penerjemah freelance dengan berbagai referensi, Sejak tahun 2004 saya telah menekuni profesi ini. Jika Anda membutuhkan jasa penerjemahan untuk kombinasi Bahasa Indonesia Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia Bahasa Jerman dan Bahasa Jerman Bahasa Inggris silahkan menghubungi saya di: tolearnisfun@gmail.com. Terima kasih,

      Reply
  7. manda | elfswood.blogspot.com

    Setau saya yang di HPI itu tarif sworn translator.

    Saya juga non translator sih, dan jasa translating/interpreting saya bisa dikatakan mahal (meskipun tidak semahal tarif HPI). Saya selalu pertimbangkan jumlah halaman beserta deadline yang diberikan sebelum pasang harga yang lebih mahal lagi.

    Benar juga kata saudara Markus di atas. Sertifikasi penerjemah terpercaya belum tentu menjamin kualitas. Tapi tetap saja in my opinion tidak masuk akal bagi non-sworn translator untuk pasang harga sworn translator, karena mereka pakai modal dan mengikuti ujian (yang notabene muahalnyaa minta ampun dan sering perlu diambil berulang kali) untuk dapat sertifikasi tsb.

    Reply
  8. Dadang Rohiman

    Acuan tarif HPI memang tidak masuk akal, Penerjemah yang menggunakan tarif itu hanya orang-orang rakus uang . Mending kalau kualitasnya sangat bagus. Nyatanya hasil terjemahan oleh Penerjemah bersumpah banyak yang jelek. Perusahaan saya juga sering komplen . kami kehilangan uang untuk terjemahan yang jelek PMK itu harusnya dicabut saja. Hanya merugikan konsumen dan menguras uang konsumen .(Dadang)

    Reply
    1. Susanne

      Saya bukan anggota HPI melainkan penerjemah freelance dengan berbagai referensi, Sejak tahun 2004 saya telah menekuni profesi ini. Jika Anda membutuhkan jasa penerjemahan untuk kombinasi Bahasa Indonesia Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia Bahasa Jerman dan Bahasa Jerman Bahasa Inggris silahkan menghubungi saya di: tolearnisfun@gmail.com. Terima kasih,

      Reply

Leave a reply to ishamnugroho Cancel reply